Penantian Berharga



Penantian Berharga

Hasil gambar untuk orangtua menelepon anak 
 
Kali ini tentang mereka yang tak pernah bosan menunggu. Yang tak kenal lelah meski yang dinanti bertahun-tahun sekalipun tak kunjung datang. Rela menanti hingga petang menjelang di usianya yang semakin lama nian menjulang. Seantero jagad menyebutnya sebagai orangtua.

Yang kebanyakan dari kita tahu bahwa mereka merupakan sosok-sosok yang selama ini sanggup menghabiskan waktunya hanya untuk merawat, mendidik dan menjaga kehidupan kita. Ketika kecil ditimang-timang, tatkala besar semakin disayang. Orangtua. Sejoli manusia itu dikenal sebagai pahlawan setiap insan, memahat cinta dengan pahatan penuh keihkhlasan. Betapa tidak? Semua orang tahu, tanpa mereka, tak ada kita. 

Lantas ketika kita tumbuh dewasa, waktu memaksa kita untuk meninggalkan mereka. Jauh. Menyisakan bayangan yang sesekali melintas di pelupuk mata. Kita pergi dengan bejibun harap yang katanya demi mereka. Tentu setiap dari kita memiliki urusan yang berbeda. Ada yang merantau untuk menuntut ilmu, bekerja, atau beralih ke rumah mertua. Tapi bukankah intinya sama?

Kita pergi meninggalkan mereka. Setelah itu, kesibukan mulai melanda. Entah sibuk mencari segondol mata uang, sibuk belajar di tanah orang, atau sibuk mengurus rumah tangga baru dengan riang. Hingga terkadang kesibukan yang teriming-imingi kebahagiaan semu itu acapkali lalai akan tujuan utama, dan lupa akan support mereka yang tak kasat mata.

Yang bekerja sibuk menata lembar-lembar rupiah, menobatkan uang sebagai tolak ukur kesuksesan. Atau memburu mata uang asing di negara tetangga, nyaman berada di lingkup baru hingga mulai lupa akan adanya keluarga. Dan yang menuntut ilmu? Mungkin mereka disibukkan dengan tugas-tugas yang merancu, atau organisasi yang acapkali melahap sebagian waktu. Semua itu tidak luput dari genggaman elektrronika yang seolah membatu, nempel di tangan sulit dilepaskan *ups . Kesana kemari update info terbaru, tak mau ketinggalan isu. Hingga lalai bahwa ada orang yang menunggu. Menunggu kabar ditengah hiruk pikuk kehidupan yang mengganggu. Lantas yang sedang membangun keluarga baru? Disibukkan dengan berbagai serentetan jadwal yang mengadopsi waktu untuk beradaptasi. Yang sampai saat ini membina bahtera rumah tangga, disibukkan dengan keluarga namun alpa akan penantian mereka.

Orangtua, yang tak meminta lebih dari kita. Hanya waktu. Mereka menunggu kabar kita, baik-baik saja adalah unjung tonggak harapannya. Mereka segan mengabari terlebih dahulu karena takut mengganggu. Mereka menanti putra putrinya kembali. Menanti kabar seseorang diujung seberang, dengan tetap berdoa untuk buah hati kesayangannya.

Mereka hanya ingin kita sebagai anak sejenak meluangkan waktu, menanyakan kabar dilanjutkan bercengkerama tentang alur hidup selama kita jauh dari mereka. Orangtua menanti, suaramu terdengar saja mereka sudah bahagia luar biasa. 

Tapi kadang kita terlalu disombongkan dengan kesibukan yang nyatanya bukan apa-apa. Kesibukan yang acapkali melekatkan embel-embel demi keluarga, demi mereka. Yang katanya adalah kebaikan lah, berfaedah lah.

Orangtua mungkin tak bisa memantau kita secara langsung, tapi mereka mengawasi kita melalui doa dalam 24 jam waktunyaa. Lalu apakah kita tak bisa meluangkan sedikit saja waktu untuk mereka? Berhenti dari kesibukan dan kembali mengingat bahwa selalu ada orang yang mendoakan kita ditengah-tengah kesibukannya? Tak bisakah?

Apa yang ingin disombongkan, kekayaan seluas samudera pun tak akan mampu membalas kebaikan ayah dan ibu. Kawan, mereka tak sedikitpun meminta balas. Mereka ikhlas meski jasa-jasanya tak terbatas. Mereka ingin kita menjadi orang yang berkelas dalam hal agama dan akhlak, dimana bukan urusan dunia saja yang ditelan secara mutlak. Namun mereka tetap melihatmu bahagia di atas jalan kebenaran, dimana perkara akhirat sudah sepatutnya kita utamakan.

Di usianya yang kian senja, mereka hanya berharap segala kebaikan dan kemudahan dapat menyelimuti kehidupan putra putrinya. Menunggu dering telepon atau pesan masuk dari handphone jadul milik mereka. Menunggu siapa lagi kalau bukan kita? Kabar baik selalu dinanti. Kendati kita tak sekejap pun menilik kabar mereka, tak menengok bagaimana kabar orang yang semasa hidupnya digunakan untuk mengabdikan diri pada kita. Namun mereka tetap menanti, sembari terus berdoa agar putra-putrinya kembali. Tidak hanyut terbawa arus akan kefanaan duniawi.


Lalu, bagaimana? Apakah hari ini aku kamu sudah mematahkan penantian berharga mereka dengan menghubunginya? Apakah aku kamu sudah menelepon atau memberi kabar pada mereka yang sejak kemarin menantikannnya? Sebentar saja, karena tanpa mereka kamu bukanlah siapa-siapa. Ingat, kamu tak mungkin dapat menjadi mutiara berharga jika tak terbalut oleh kerang yang menjadi pelindung selama proses penciptaan. Penantian berharga itu jangan di sia-sia. Selagi ada waktu hubungi mereka, beri kabar setidaknya sudah mampu membuatnya bahagia. Sebelum waktu menghujammu dengan penyesalan dan mengajari arti dari sebuah perpisahan setelah kau benar-benar merasa kehilangan.


Surakarta, 6 Oktober 2017
By_sosok yang sedang berproses

Comments

Popular posts from this blog

REVIEW TEXT dalam Bahasa Inggris : Definition, Purpose, Characteristics, Generic Structure, and Language Feature

EXPLANATION TEXT dalam Bahasa Inggris : Definition, Purpose, Characteristics, Generic Structure, Language Feature, and Example

MAKALAH SIKLUS HIDROLOGI