Monolog Pagi
Monolog Pagi
Aku berdiri menanti pagi dengan seulas senyuman, hingga embun asa memaksa bergelayut di tepi dedaunan.
Namun, seketika lekuk bibirku menjadi datar. Kala rona merah mentari membuat rasaku terlantar.
Sebab ia terburu beranjak pergi dari peraduan, sedang rindu tak ingin berlalu meninggalkan kabut kenangan.
Kilauan cahaya kian berpendar meringkus kekelaman, seiring dengan lambaian kehangatan yang menyapu air mata kepedihan.
Sungguh, teriknya matahari mencabik hati yang mendamba arti kehadiran. Kini belum kumanjakan rasa tak karuan, belum usai desahan itu berkeliaran. Pada akhirnya senyum ikhlas pun perlahan ku sunggingkan, bersama doa yang meriuh pada tali pengharapan.
Sejalan dengan embun yang mengering, ku mulai langkahkan kaki tanpa berpaling.
Sepenggal rasa merangkul pagi, merayu semesta tuk suakan kerinduan hati .
Namhn waktu memaksaku untuk sabar menanti. Lagi dan lagi, tanpa ragu hati meminta untuk menemui pagi di esok hari.
Pecalungan, 20 Juli 2017
By_sosok yang sedang berproses
Comments
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar untuk tulisan yang lebih baik:)