My Stories About PKM: Lika-liku Perjalanan Timku
"My Stories About PKM: Lika-liku Perjalanan Timku"
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrohmaanirrohiim..
![]() |
Workshop Pemantauan PKM |
Jadi gini, saya dan beberapa rekan saya Alhamdulillaah diterima mengenai pendanaan dikti PKM-K (sejenis ajang bergengsi mahasiswa dengan tingkat Nasional). Pada hari pengumuman lolos tidaknya PKM yang diajukan oleh mahasiswa, tim kami tidak pernah menyangka bahwa Judul dan Nama Ketua tim kami ternyata masuk ke dalam deretan lolos PKM se-Indonesia bersama dengan tim-tim hebat lain tentunya. Padahal proposal yang kami ajukan masih perlu diperbaiki, rasa ketidakpercayaan (seperti mimpi) itu seketika tumbang saat pemikiran real muncul -tapi mungkin Allah berpihak pada do'a kami dengan melihat sisi perjuangan kami-. "Alhamdulillaah salah satu coretan kecil yang menempel di dinding kamar kos akhirnya bisa saya centang" batinku. Catatan impian itu direspon positif oleh semesta dan tentunya didekap penuh kasih oleh Sang Pencipta hingga tinta itu bisa terwujud nyata. *bukan pamer ya, saya hanya ingin memotivasi pembaca :D
Baca juga : 5 Alasan penting kenapa mimpimu harus ditulis
Dan you know lah, saat PKM lolos didanai itu berarti kami harus menjalankan program seperti yang telah diajukan dalam proposal. Bersaing dengan ribuan mahasiswa lainnya yang juga memiliki tujuan sama yaitu tembus pimnas. Saat itu mental kami sempat ciut karena melihat judul-judul PKM lain yang begitu menarik. Terlintas kilat pertanyaan "apakah kami bisa menjalankan program ini?". Namun tim kami berusaha meyakinkan satu sama lain bahwa kami pasti bisa, asal mau sungguh-sungguh.
Sebulan setelah pengumuman berlalu dan kami masih pada tahapan percobaan, ditambah bahan baku produk kami saat itu masih terbilang langka. Coba bayangkan, bagaimana kekhwatiran kami saat itu? Lagi dan lagi saling menguatkan adalah jalan terbaik saat itu. Kemudian seiring berjalannya waktu kesibukan kami pun kian bertambah, tentunya dengan kesibukan yang berbeda. Kami sedikit sulit menentukan jadwal yang tepat untuk menjalankan program ini, sehingga weekend dipilih sebagai hari berkumpul kita sembari menyicil melakukan tugas yang telah diemban masing-masing.

Hari demi hari kami mencoba melakukan yang terbaik buat tim kami, alhamdulillaah beberapa bulan ini sebagian program telah berjalan. Kami telah memproduksi dan mulai memikat hati para konsumen untuk membeli produk kami melalui berbagai jarkoman yang tersebar di sosmed maupun langsung dari mulut ke mulut. Beberapa dosen dan mahasiswa tertarik untuk mencoba produk kami, lalu memberi testimoni entah itu berupa pujian, saran, kritik, maupun solusi.
Kebersamaan yang terjalin saat proses menjalankan program tak selalu mulus, yaa perbedaan tingkat semester kami pun melahirkan berbagai argumen yang berbeda sehingga memicu konflik. Perdebatan acapkali melingkari kebersamaan kami, terutama di group sosmed yang kami miliki. Yang satu ingin benar dan yang satu tak mau salah, pada ujungnya kesadaran kamilah yang melerai perselisihan itu sendiri. Dam kembali menata jadwal dengan berbagai planning kedepannya. Semakin hari kami semakin biasa memanage waktu antara kuliah, organisasi, tugas dan pemrograman PKM. Yaa, bisa karena biasa hingga satu permasalahan perlahan mulai terpecahkan.

Detik-detik bulan terakhir menuju monev (monitoring dan evaluasi), baik monev internal maupun eksternal. Perdebatan masih saja menghalau tim kami, usulan-usulan selalu menuai pro dan kontra. Saat-saat seperti inilah kekompakan tim sedang diuji oleh Sang Maha Kuasa. Masing-masing dari kami berusaha melawan ego diri dan emosi, lagi dan lagi konflik yang tak mencapai klimaks itu berakhir dengan sendiri. Keberlanjutan PKM ini melatih kami arti kesabaran, ketekunan, kebaqohan, kerjasama, mandiri, kekompakan, kreativitas, kepekaan sosial, keberanian, dan masih banyak lagi yang tak bisa disebut satu per satu. Yang jelas PKM ini melatih kami untuk bergerak cepat, belajar melawan ego saat rasa bermalas-malasan melanda, walaupun label 'deadliner' yang melekat belum mampu tersekat, namun kami berusaha dan tak henti berusaha. Terutama saya sendiri yang belajar untuk menanamkan sikap toleransi pada setiap perbedaan yang ada, belajar sabar serta memahami masing-masing karakter rekan anggota, mengusir rona malas dalam tubuh serta belajar ikhlas dengan tak mengeluh-eluhkan lelah yang dirasa.
Dan setelah hampir setahun kami melangkah bersama demi satu tujuan, dengan berbagai romantika yang telah dilalui. Suka duka lelah payah debat kilat, bahkan situasi menjengkelkan sekalipun akan menjadi kenangan tersendiri bagi kami. Nah acara yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu H-7 monev eksternal. Kami kembali ke tanah rantau setelah menghabiskan waktu lebaran di kampung beberapa waktu lalu. Dengan semangat yang tinggi kami mempersiapkan tetek bengek untuk keperluan monev eksternal nanti, entah itu laporan kemajuan, logbook, ppt dsb.
Hingga pada akhirnya hari itu pun tiba, yaaa.. hari ini. Hari Rabu, 12 Juli 2017 kami menpresentasikan pencapaian hasil yang telah dilakukan selama ini. Berjejeran dengan mahasiswa lain yang juga menjadi pesaing berat kami, dan yang monev hari ini berasal dari berbagai almamater area Solo. Sungguh menegangkan, jantung kami berdegup lebih kencang dari biasanya, dan suhu tubuhku seketika turun sehingga terasa lebih dingin saat disentuh :D. Entah ini karena demam panggung atau karena alasan lain, *cukup saya yang tahu. Kami mendapat undian maju presentasi no 7, dan... kami berusaha menampilkan yang terbaik. Terkadang sesekali menbayangkan saya dan tim bisa masuk pimnas.
Pengalaman yang luar biasa bisa berada diantara orang-orang hebat, kami diberi masukan dan berbagai saran. Yahh selepasnya kami keluar ruangan dengan hembusan nafas lega. Setidaknya hari ini tlah terlewati, dan tinggal menunggu hari penentuan. Yaitu pengumuman kelulusan pimnas yang dalam jangka waktu tertentu akan diumumkan. Semua kemudahan dan kelancaran perjalanan ini tak luput dari do'a serta dukungan orangtua dan orang-orang tersayang. Serta tak lepas dari bimbingan dosen dan kakak-kakak yang berjiwa besar, terutama mas Ja'far, yang selama proses keberjalanan PKM kami tak henti memberi masukan, saran, solusi, motivasi dan semangat. Untuk itu saya mewakili tim kami mengucapkan terimakasih banyak pada beliau-beliau. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengunggulkan pribadi, atau ingin mendapat seabrek pujian dan apresiasi, namun saya hanya ingin berbagi apa yang saya alami selama ini. Saya hanya ingin agar sepenggal kisah ini bisa diambil hikmahnya dan dijadikan pembelajaran.
Pada akhirnya sampailah di paragraf terakhir, saya Riffa memohon maaf atas sikap yang kurang berkenan pada rekan² selama hampir setahun kebersamaan ini, pun tak lupa pada para pembimbing kami terutama Bu Widi dan mas Ja'far. Mohon maaf karena kami khususnya saya belum bisa menjadi anak bimbingan yang baik, masih banyak kurang dan salah tentunya. Untuk Evira sahabat seperjuangan yang seringkali memiliki prinsip dan nasib yang sama, bersyukurlah karena kau tak sendiri, Allah ingin kita bersama memikul beban yang sama. Dan untuk hari ini, hari penentuan yang akan menentukan apakah tim kami bisa terbang ke Makassar menuju pimnas atau berhenti sampai disini, terimakasih. Saya tidak akan -terlalu- berharap banyak dengan hasil yang akan datang, saya hanya bisa berdoa sembari berharap agar Allah memberikan yang terbaik bagi kami. Saya sudah melapangkan dada sejak ini dan belajar ikhlas dengan hasil yang kelak akan diumumkan. Sebab yang terpenting ialah bagaimana saya bisa menikmati setiap prosesnya, dan hasil akhir adalah bonusnya. Konsisten dengan tetap semangat, berusaha, berdoa dan tawakal. Manusia boleh berencana, namun sejatinya Allah lah yang menentukan. Allah ma'ana !!
And for you. The fighters pkm, competitions, scholarships etc. Keep the spirit, hug the dream. Get up and make it happen! Keep fight !
Semoga bermanfaat readers. Salam literasi.
Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Surakarta, 12 Juli 2017
By_Sosok yang sedang berproses
Comments
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar untuk tulisan yang lebih baik:)