My Hijrah My Adventure: Keajaiban
My Hijrah My Adventure: Keajaiban
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Hello readers, ketemu lagi nih *walau dalam tulisan gpp kan yaa wkwk. Kali ini aku mau share pengalaman tentang petualangan hijrahku lagi guys. Oke check it out..
Keajaiban? Apa sih yang terbesit dalam hati kalian ketika mendengar atau membaca kata itu? Sebuah kemustahilan yang memungkinkan terjadi? Atau suatu hal yang istimewa sebab kedatangannya acapkali tak terduga? Oke, pikirkan.. Dan tampung dulu asumsi kalian readers.
source: http://www.gambarkatabaru.com/gambar-kata/10-keajaiban-alam-dunia-blogjolemo/p=5 |
Ternyata nggak cuma dunia aja yang punya Taj Mahal di India, Borobudur di Indonesia atau Tembok Raksasa di China yang disebut sebagai keajaiban dunia. Setiap diri kita pasti pernah merasakan perkara yang kadang dianggap tidak mungkin ini, Allah selalu memberi kesempatan hambaNya untuk menerjemahkan arti dari sebuah keajaiban.
Aku mau share aja nih yaa, masalah sepele sih tapi sejak saat itu aku percaya dengan adanya keajaiban. Jadi gini, waktu aku masih awal-awal SMA menjelang UAS. Aku dan salah satu temanku belum membayar lunas administrasi sekolah. Aku yang hidup serba kecukupan masih membutuhkan beberapa lembar uang untuk melunasinya, ayahku sudah berusaha namun beliau masih memiliki tanggungan lain. Sedangkan temanku itu sedang mengurusi biaya pengobatan untuk ibunya. Kami sama-sama dirundung dilema, sepertinya hanya tersisa kami berdua yang masih punya urusan administrasi. Seorang perempuan pelayan administrasi yang mana juga menyandang status sebagai guru kini mulai berbalik melihat jam tangan di dinding kantor, tampak tergesa-gesa hendak masuk ruang kelas yang akan diampunya sehingga berkata “Mbak, nggak papa deh. Untuk kalian ibu kasih keringanan tiga hari lagi untuk pelunasannya. Ibu buru-buru mau ke kelas ini. Ya sudah, ibu pergi dulu ya” sembari beranjak pergi meninggalkan sisa punggungnya dari balik daun pintu. Kami serentak mengangguk pelan, saling menatap lalu tersenyum senang. Belum sempat berterimakasih tapi sudah menghilang, pikirku.
Bagaimana tidak senang? Setidaknya kami diberi waktu untuk berusaha dan berdoa memohon pertolongan pada Allah. Meski kami tahu, tiga hari bukanlah waktu yang lama untuk mencari dan menutupi kekurangan kami. Kami berusaha dengan penuh keyakinan bahwa setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Aku sendiri, berdoa siang dan malam agar Allah menurunkan rejekinya untuk kami dari jalan manapun melalui apapun. Aku hanya meminta uang orangtuaku beberapa persen. Dan sisanya kuambil dari tabunganku yang kukira sudah dapat dikatakan cukup. Namun ternyata itu masih kurang sedikit lagi, aku bingung harus gimana. Aku pun berkonsultasi dengan salah satu guru SMP ku, yang saat ini pun kami masih menjalin hubungan dekat. “Minta ke Allah nok. Allah Maha Kaya. Allah Maha Pemberi. Mintalah kepadaNya”, saat itu aku masih tak mengerti apa maksud dari ucapan beliau melalui sms itu namun aku berusaha menurut dan mempraktikannya. *nok adalah panggilan untuk anak perempuan, yang bisa diartikan nak
Di hari H, usaha maksimal kami belum cukup membuahkan hasil tapi kami tak henti berdoa dan berharap agar Allah memberikan jalan yang terbaik. Bapak dengan yakin melontarkan kalimat bijaknya “Udah mbak, bawa saja uangnya segitu. Nggak papa, bilang sama bu guru kalau masih mampunya segitu nanti kekurangannya pasti akan kami lunasi. Kalau nggak ya, ntar pas ambil rapot biar Bapak yang menemui beliau. Yakin aja mbak, yakin. Pasti boleh kok”. Berbeda dengan Bapak, raut wajah Ibu tampak gelisah. Mungkin Ibu mengkhawatirkanku, tapi aku masih bisa bersikap tenang. Entahlah, mungkin ketenanganku ini diwarisi dari Bapakku.
“Baik pak, ya sudah Ibu juga santai aja. Nanti biar aku yang ngendika. Insyaa Allah nggak papa bu. Nanti kalau nggak boleh, berarti ada jalan keluar lain yang bakal Allah kasih”, ujarku berusaha menenangkan ibu. Lantas wanita itu akhirnya mengiyakan dan membiarkanku untuk berangkat sekolah. *ngendika adalah bahasa jawa krama yang artinya bicara
Di perjalanan aku memupuk keyakinan dan memperuncing keberanian. Aku menata kata-kata yang kemudian kususun menjadi kalimat untuk mempersiapkan pertemuan siang nanti selepas UAS. Di sekolah, pagi itu di koridor sekolah aku bertemu dengan teman yang senasib denganku. Ternyata dia juga sama, baru memiliki beberapa uang saja untuk menutupi keganjalan administrasi, kekurangannya justru dibawahku meski hanya selisih beberapa ribu rupiah saja. “Yah kita harus persiapkan diri dulu nih buat menemui ibu guru nanti”, gadis disebelahku mengatur jalannya nafas. Aku tahu, ia juga tegang. Takut jika nanti konsekuensi yang harus kita ambil itu berat, entah itu tidak diperbolehkan mengambil rapot atau yang lain. Pikiran negatif berusaha menghantui kami, dan aku segera menepisnya.
“Kata Bapakku, yakin aja. Udah lah yuk masuk” aku menggandeng tangannya setelah mendengar bel sekolah tanda masuk berbunyi. Hari ini Sabtu, hari terakhir siswa-siswi di MA kami melakukan UAS. Dan langsung aja..
Ketika keluar dari ruangan, kami kembali menata hati serta latihan berkali-kali cara berbicara dihadapan bu guru nanti. Bah, lucu memang. Pada akhirnya kami masuk ke ruangan yang seketika memacu adrenalin kami. “Iya gimana mbak, udah ada?” sungguh wanita dijejerku ini tampak lebih cantik jika tersenyum tanpa menanyakan hal itu. Belum sempat kami menjawab, ibu itu kembali membuka mulut “Mbak, saya ingin bicara sama kalian nggak papa kan?”. Kami menoleh dan saling menatap, keringat mengucur deras di pelipis kami.
Seketika badanku gemetar tak percaya, kami saling bertatap satu sama lain tak percaya. Seperti mimpi, tapi mimpi apakah ini? Ya Allah..
“Bu, maaf apa ini beneran ya bu?” tanya temanku seraya menggeleng-gelengkan kepala. “Bu, apakah yang diucapkan ibu benar? Jadi kami sudah lunas bu?” lanjutku mengulangi pertanyaannya.
“Iya, mbak. Nih kuitansinya. Selamat ya, sudah jangan sedih gitu lah” ia menunjukkan natural kecantikannya. Tersenyum. Lantas berpamitan untuk pergi.
Suasana sekolah mulai lengang karena anak-anak sudah sedari tadi meninggalkan sekolah. Kami berdua pun menaiki anak tangga, menangislah disana. Tumpah sudah air mata yang sejak tadi dibendung. Kami masih tak percaya dan sejak itulah aku bertanya dalam hati “Apakah ini yang dinamakan keajaiban? Dengan keyakinan penuh kepadaNya kami benar-benar merasakan nikmat luar biasa ini? Apakah ini yang dimaksud Bapak guruku Allah Maha Kaya? Allah Maha Penyayang?”, tangis kamipun pecah semakin menjadi, kami berangkulan dan saling menguatkan.
“Ya Allah. Terimakasih, Alhamdulillaah.”, batinku.
***
Yah readers, jadi seperti itulah awal mulanya. Jika menurut kalian itu hal yang biasa, tapi bagiku itu hal yang luar biasa. Diluar nalarku, dan diluar kendali manusia. Siapa yang menggerakkan kalau bukan Allah, kalau bukan kekuasaanNya? Kalau tanpa seizinNya? Dan semenjak itu aku selalu percaya bahwa keajaiban Allah itu pasti akan datang saat kita percaya, berbaik sangka, dan yakin sepenuhnya kepadaNya. Oh iyaa readers, masih banyak lagi lho kejadian-kejadian kecil yang berujung pada keajaiban. Sebab ketika aku percaya dan yakin, Allah memberikan jalan keluar yang sedikitpun tak pernah kuduga. Tapi kalau mau cerita lanjutnya, tanya aja ya. Kalo ditulis semua, bisa-bisa nggak selesai nih. Ntar yang ada kalian bosen sama ceritaku wkwk.
Dan jika Allah berkehendak pun, maka IA akan mengetuk pintu hati kalian setelah membaca ini. Aku hanya menyampaikan apa yang ku alami, dan selebihnya itu adalah hak prerogatif Allah :)
Readers, jangan pernah kita merasa sendiri dan berkecil hati. Kita itu senantiasa diawasi, jadi bersyukurlah. Tidak ada yang tidak mungkin, jika alam saja bisa diatur sedemikian hebatnya, lalu urusan kita? Itu adalah hal kecil bukan?
Oke readers, semoga yang tak seberapa ini bisa bermanfaat yah. Maafkan penulis amatir ini jika masih banyak salah-salah kata.
Okay, guys. You have to keep going on. Although in a bad situation, but never be afraid ! Because you are not alone. Keep believe, nothing is impossible. Allah ma'ana :)
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Surakarta, 18 September 2017
By_sosok yang sedang berproses
Comments
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar untuk tulisan yang lebih baik:)