Cerita dibalik "Tukang Service Keliling". Ambil Hikmahnya !




Tukang Service Keliling



Malam ini, detik ini. Aku mendapatkan pelajaran begitu berharga mengenai kehidupan.

Lamat-lamat ku melihat seseorang menyebrang jalan lantas mengambil barang-barang bawaannya, membawanya dengan cara dipikul. Lelaki itu kembali melintasi jalan raya, berjalan sempoyongan. Jika dilihat dari kerutan diwajahnya, postur tubuhnya, ia berusia sekitar 60-an ke atas. Tapi bapak itu tersenyum, tulus. Menganggukkan kepala padaku dan ibuku, izin pamit.  Aku melihat langkah kakinya yang semakin menjauh, tidak tegap. Aku tahu sebab ia memikul beban yang tak bisa dibilang ringan, macam-macam elektronik dan non elektronik tersusun rapi disebuah wadah dan menggantung di pemikul. Kata ibu, baru saja ia mampir ke kedai orang tuaku, membeli sepiring makanan untuk mengganjal perutnya.

Awalnya aku merasa biasa saja, meski ada rasa belas kasih melihat lelaki tua berjalan sendirian memikul beban berat seperti itu. Tidak tega.

Lalu ibu bercerita, bapak itu adalah orang Jawa Timur yang mengadu nasib hingga ke desa ini. Desaku, yang terletak di sebelah propinsinya. Jawa Tengah. Ya, beliau berjalan kaki dari kampung halamannya sendiri tak ada yang menemani. Dia bekerja sebagai tukang service keliling, melewati jalanan yang tak ia ketahui kemana tujuannya. Tujuannya satu, untuk mencari rezeki halalan thoyyiban. Keluarga? Aku tak menahu soal itu.

Tapi kata ibu, beliau bilang bahwa beban yang dipikulnya seberat ±85 kg. Cairan bening mengaliri pipi ibu, terharu. Bapak itu berjalan seraya membawa beban seberat itu? Menaiki tanjakan yang kata beliau sering membuat nafas tersengal-sengal. Tidur pun seadanya, jika tidak di masjid ya di sebuah tempat yang bisa ia gunakan untuk merebahkan tubuhnya. Jika malam tiba maka ia menyusuri jalanan petang, hanya bermodal senter agak besar sebagai pencahayaannya. Bapak itu bercerita pada ibu, selama tiga hari di Kecamatan Bandar ( kec tetanggaku ) ia belum mendapatkan rezeki sepeserpun. Makan minum seadanya. Baru tadi siang ia dipanggil dan mampir untuk memperbaiki 3 payung rusak di desaku. Ia sangat bersyukur, penghasilan tiga puluh ribu bisa untuk makan hari ini, tuturnya pada ibu. Kata ibu, mimiknya menggambarkan rasa syukur begitu dalam. Beliau hanya mengeluh sedikit karena mungkin ia lelah "Hanya saja aku ini sedikit-sedikit berhenti. Lagi jalan sedikit berhenti. Mudah lelah, tapi tak apa" cakapnya. Mataku mulai berkaca-kaca, sedikit lagi kristal disudut mataku akan jatuh. Aku bisa memaklumi, selain faktor usia yang membuatnya lelah. Barang bawaannya seberat 85-an kg itu pasti sangat mempengaruhi perjalanannya. Namun bapak itu terlihat optimisme, ia bilang bahwa terkadang ia harus melawan rasa lelahnya ketika berhimpit-himpitan di pasar, berdesak-desakan dengan banyak orang meski penghasilan yang diperolehnya belum menetap. Setiap tetes peluh yang mengalir menjadi saksi kesungguhannya, langkah kecil dan punggung yang mengapal jua menjadi bukti perjuangannya. 

Tetap bersyukur adalah kunci bahagia. Seperti bapak tukang service keliling itu. Ya Allah, terimakasih atas pelajaran berharga untuk hari ini. 

Untuk beliau, mari kita doakan yang terbaik untuknya dalam hati.

Mungkin saja, melalui beliau pintu hidayah terbuka. Untukmu, untukku, untuk kita semua yang mau membuka mata hati pada dunia. Sebab semua tak ada yang kebetulan bukan? ☺
Aku hanya ingin berbagi, bukan bermaksud menggurui. Semoga bermanfaat. Salam literasi.

Pecalungan, 31 Agustus 2017
By_sosok yang sedang berproses

Comments

Popular posts from this blog

REVIEW TEXT dalam Bahasa Inggris : Definition, Purpose, Characteristics, Generic Structure, and Language Feature

EXPLANATION TEXT dalam Bahasa Inggris : Definition, Purpose, Characteristics, Generic Structure, Language Feature, and Example

MAKALAH SIKLUS HIDROLOGI